CLICK HERE FOR BLOGGER TEMPLATES AND MYSPACE LAYOUTS »

Salam Kasih Buat Semua Ummat Rasulullah saw...

Dalam mencari makna cinta....tiba-tiba aku terpegun dengan satu cinta yang benar-benar cinta....aku terpesona dengan cahaya cinta itu hingga ia menyebabkan aku insaf... Rupa-rupanya inilah makna cinta yang sebenar....cinta yang tak pernah aku rasakan selama hayat ku...Cinta yang tak mampu kita semua nafikan....itulah cinta Rasulullah saw pada kita ummatnya....

Memang tidak layak untuk aku berbicara tentang cinta...apatah lagi untuk merungkaikan tentang cinta seorang manusia agung bergelar kekasih Allah....Tapi berilah aku ruang untuk berkongsi apa yang aku rasakan setelah aku mula mengenali Rasulullah saw....Dia sangat menakjubkan...demi Allah aku terpesona dengan peribadinya....

Untuk itu...aku ciptakan khusus ruangan ini untuk mengunkap kembali kisah riwayat hidup Rasulullah saw sepanjang hidup baginda yang sangat menginsafkan...Pada aku tiada lagi manusia yang mampu menandingi akhlak Rasulullah saw dari dulu,sekarang dan selamanya....Baginda memang HEBAT! sangat HEBAT.....dan selamanya akan hebat di hati sanubariku.....Dia sangat mulia.....

Wahai saudara seagamaku....aku menyeru pada kalian semua...kenalilah Rasul kita dengan sepenuh hatimu...aku percaya akan runtuh segala egomu, maka mengalirlah mutiara jernih dari kolam matamu tatkala kau menghayatinya........aku percaya sekeras mana sekalipun hatimu...kau tak akan mampu menahan sebak bila kau hayati kisah perjuangan dan kasih sayang Rasulullah saw demi kita ummat kecintaannya...

Memang aku tidak berkuasa untuk mengajakmu untuk bersama-sama menghayatinya....kerana aku sendiri bukanlah manusia sempurna yang suci dari debu dosa....Namun kerana Allah...aku meneruskan jua niat ini... Maka aku cipta khas blog ini untuk memuatkan kisah-kisah hidup rasulullah saw yang aku dapat samaada dalam internet mahupun buku-buku yang aku miliki berkenaan Rasulullah.....Kepada saudara2 ku yang lebih arif dan lebih tahu tantang diri rasulullah saw...kongsilah denganku, dan betulkan apa jua kesalahan yang mungkin aku masukkan...sesungguhnya aku jua masih lagi mencari diri Rasulullah saw yang sebenarnya......

Wahai Rasulullah...Bagaimana tidak bergetar hati ini bila teringatkanmu...Peribadimu, akhlakmu, tutur bicaramu, kasih sayangmu dan pengorbananmu terlalu besar untuk kami...Kecintaanmu pada kami sangat tinggi nilainya hingga kau sanggup mengenepikan keperluanmu demi semata-mata untuk menyelamatkan kami dari tipu daya dunia...

Wahai Rasul Allah...jika diizinkan Allah...ingin sekali aku bertemu denganmu...menatap indahnya wajahmu...pasti akan mengalir air mataku oleh ketenangan wajahmu...Namun aku sedari....aku tidak layak untuk bertemu denganmu insan yang sangat mulia...sedangkan aku insan yang sangat hina....Namun aku tetap berharap moga suatu masa nanti aku pasti bertemu denganmu...Ya Rabbi.....aku pohon kepadaMu....Perkenankanlah doa ku....Amin..



Saturday, October 17, 2009

Sandal yang dipakai Rasulullah...

Antara Barang Peninggalan Rasulullah....



Friday, October 16, 2009

Kisah Cinta Luar Biasa....

Cinta luar biasa..
Cinta seorang Kekasih kepada umatnya..
Hingga pada hembusan nafasnya yang terakhir..
Lidah Rasulullah menuturkan tanpa henti..
Ummati.. ummati.. ummati..

Cinta luar biasa..
Kisah cinta Handzalah..
Meninggalkan isteri di malam pernikahan..
Lantaran menyahut seruan jihad..
Akhirnya syahid di medan perjuangan..

Cinta luar biasa..
Seteguh kasih Khadijah..
Tak pernah jemu memberikan sokongan..
Rela mengorbankan segala kemewahan..
Di saat Rasulullah dan Islam dipinggirkan. .

Cinta luar biasa..
Kisah kesetiaan Abu Bakar..
Kasih seorang sahabat yg tiada tandingan..
Insan yang sentiasa membenarkan. .
Sewaktu kata-kata Rasulullah dipersendakan. .

Cinta luar biasa..
Kisah ketabahan Hajar..
Ditinggalkan di tanah yang gersang bersama Ismail..
Bukti kasih seorang ibu yg berlarian mencari air..
Tatkala mendengar tangisan si anak kecil..

Cinta luar biasa..
Umpama keberanian Ali..
Di malam penghijrahan Nabi..
Menggantikan Rasulullah di tempat tidurnya..
Walaupun jiwa menjadi taruhan..

Cinta luar biasa..
Cinta Asiah, Masyitah dan Sumaiyyah..
Menggadaikan nyawa demi mempertahankan aqidah..
Iman di dada tak sedikit pun goyah..
Kerana keyakinan yang teguh atas segala janjiNya..

Kisah cinta luar biasa..
Insan pilihan yg berada di atas jalanNya..
Betapa tulusnya kasih, teguhnya jiwa..
Redha dan sabar menempuh segala ujian..
Merekalah insan yg memahami erti kemanisan iman..

Mampukah diri ini meraih cinta luar biasa..??

Wednesday, August 12, 2009

KISAH KELEBIHAN BERSELAWAT KEATAS RASULULLAH S.A.W

Rasulullah S.A.W telah besabda: “Malaikat Jibril,Mikail,Israfil dan Izrail

A.S telah berkata kepada-ku.


Berkata Jibril A.S :” Wahai Rasulullah,barangsiapa yang membaca selawat ke atasmu tiap-tiap hari sebanyaksepuluh kali,maka akan saya saya bimbing tangannya dan akan saya bawa dia melintasi titian seperti kilat menyambar.”


Berkata pula Mikail A.S: “Mereka yang berselawat ke atas kamu akan aku beri

mereka itu minum dari telagamu”.


Berkata pula Israfil A.S:”Mereka yang berselawat ke atasmu akan aku sujud kepada Allah S.W.T dan aku tidak akan mengangkat kepalaku sehingga Allah S.W.T mengampuni orang itu.”


Berkata Izrail A.S: “bagi mereka yang berselawat keatasmu,akan aku cabut roh mereka itu dengan selembut-lembutnya seperti aku mencabut roh para nabi-nabi”.

SUBHANALLAH..


Apakah kita tidak cinta kepada Rasulullah S.A.W? para Malaikat memberikan jaminan masing-masing untuk orang-orang yang berselawat ke atas Rasulullah S.A.W. Dengan kisah yang di kemukakan ini,kami harap para pembaca tidak akan melepaskan peluang untuk berselawat ke atas junjungan kita Nabi Muhamad S.A.W.


Mudah-mudahan kita menjadi orang-orang kesayangan Allah,Rasul dan para

Malaikat. Ameen..



Tutur katanya menyentuh hati...

Rasulullah SAW adalah manusia yang paling fasih bicaranya. Ucapannya menawan hati dan menyentuh jiwa. Perkataannya bersih, indah, teratur dan halus namun menyimpan makna yang agung. Tutur katanya paling mengagumkan. Ungkapannya paling menggetarkan hati. Ucapannya yang singkat mengandung mu’jizat dari yang Maha Indah. Dalam hal ini beliau bersabda :

“Aku telah diberi jawmi’ul kalim (ungkapan singkat namun bermakna luas)”. (HR. Bukhari dan Muslim).

Demikian halnya tutur kata Rasulullah SAW kepada para sahabatnya, mampu melelehkan air mata orang yang mendengarnya hingga membasahi jenggot-jenggot mereka.

Suatu ketika Rasullullah SAW membagi harta rampasan yang jumlahnya banyak sekali kepada kaum Quraisy dan beberapa kabilah Arab, sementara kaum Anshar tidak diberi bagian walau sepeserpun. Melihat kenyataan ini, marahlah sebagian dari mereka, sampai-sampai ada yang berkata, “Demi Allah, Rasulullah SAW kini telah menjumpai kaumnya sendiri.” Sampai kemudian Sa’ad bin Ubadah datang menjumpai Rasulullah SAW seraya berkata, “Wahai Rasulullah, sebagian dari kaum Anshar keberatan dengan keputusanmu dalam masalah harta rampasan yang engkau peroleh. Engkau telah membaginya pada kaummu dan kepada kabilah-kabilah Arab dalam jumlah yang sangat besar. Sementara kaum Anshar tidak mendapatkan sedikitpun. “Rasululluh SAW bertanya, “Wahai Sa’ad, kamu sendiri bagaimana?” Sa’ad menjawab, “Wahai Rasul, aku tiada lain kecuali bagian dari kaumku.” Rasulullah SAW pun menjawab,”Kumpulkanlah kaummu di tempat ini”.

Sa’ad lalu keluar dan mengumpulkan kaum Anshar. Setelah terkumpul, Rasulullah SAW berbicara di hadapan mereka. Dengan terlebih dahulu mengucapkan pujian kepada Allah, beliau bersabda, “Wahai sekalian Anshar, telah sampai kepadaku berita bahwa kalian marah atas apa yang telah aku putuskan. Bukankah aku telah datang kepada kalian ketika kalian dalam keadaan sesat, lalu Allah memberikan petunjuk-Nya kepada kalian lewat aku?, ketika itu kalian dalam keadaan miskin, lalu Allah mencukupi kalian dengan sebabku, ketika itu kalian dalam keadaan saling bermusuhan, lalu Allah mempersatukan hati kalian dengan sebab aku?” mereka menjawab,”Benar, Allah dan Rasu-Nya lebih banyak pemberiannya dan lebih utama.” Lalu Rasulullah SAW bertanya, “Wahai kaum Anshar mengapa kalian tidak menjawab pertanyaanku?” Mereka berkata, “Wahai Rasulullah dengan apalagi kami harus menjawab pertanyaanmu? Sungguh bagi Allah dan Rasul-Nyalah segala pemberian dan keutamaan.” Rasulullah SAW kemudaian berkata, “Demi Allah, seandainya kalian mau, kalian bisa menjawab dengan mengatakan sesuatu tersebut. Kalian bisa mengatakan kepadaku, ‘bukankah engkau datang kepada kami dalam keadaan didustakan lalu kami membenarkanmu, engkau datang dalam keadaan terhina lalu kami menolongmu, engkau terusir dari kampung halamanmu lalu kami menampungmu, engkau datang dalam keadaan fakir lalu kami menyantunimu? Wahai sekalian orang Anshar, apakah kalian mempersoalkan harta yang sedikit jumlahnya itu, yang dengannya hati suatu kaum bisa bersatu lalu masuk islam? Adapun kalian, saya serahkan kalian pada keislaman kalian. Wahai sekalian orang Anshar, tidak relakah kalian jika orang lain pulang membawa kambing dan unta, sementara kalina pulang ke tempat tinggal kalian dengan membawa Rasulullah? Demi Dzat Yang Jiwa Muhammad ada di tangan-Nya, jika bukan karena hijrah, niscaya aku adalah bagian dari kaum Anshar. Seandainya suatu kaum melewati suatu lembah, sedangkan kaum Anshar melewati lembah yang lain, niscaya aku akan berjalan di lembah yang dilalui oleh kaum Anshar. Ya Allah, rahmatilah kaum Anshar, putra-putra Anshar, dan anak cucu Anshar.”

Seketika itu, menangislah mereka hingga membasahi jenggot-jenggotnya sembari berkata, “Kami rela Rasulullah sebagai jatah pembagian kami.”

Dalam peristiwa tersebut terdapat pelajaran yang amat berharga yang harus diperhatikan. Rasulullah SAW tidak mencela Sa’ad karena ia tidak menginkari dirinya sebagai bagian dari kaum Anshar yang marah. Beliau juga tidak mempersoalkan perkataan mereka, bahkan beliau tidak bertanya lebih jauh siapa yang mengatakan, “Demi Allah, Rasulullah telah menjumpai kaumnya sendiri.” Padahal ucapan tersebut mengandung makna bahwa Rasulullah SAW ketika memberi mereka dengan jumlah yang melebihi hak mereka, karena didorong oleh fanatisme kesukuan. Beliau hanya bertanya dengan pertanyaan umum, agar kata-katanya bisa didengar oleh semuanya dan dapat mengatasi permasalahan secara menyeluruh dari akarnya.

Beliau memulai dengan pertanyaan yang bernada mencela mereka, lalu memuji hal itu dengan menyebut keutamaan besar yang diperoleh kaum Anshar. Mereka telah masuk islam, berpindah dari kesesatan menuju petunjuk, dari kemiskinan menuju kekayaan, dan dari permusuhan menuju persatuan.

Wajar jika dalam benak orang-orang anshar muncul perasaan bahwa mereka juga telah memberikan jasa kepada Rasulullah SAW karena merekalah yang telah membela dan membenarkan risalahnya. Semua ini adalah keistimewaan mereka yang benar adanya. Ini diucapkan oleh Nabi sendiri yang seakan-akan ingin mewakili kaum Anshar untuk menyatakan bahwa mereka telah membenarkannya ketika beliau didustakan, mereka telah menolongnya ketika beliau didustakan, mereka telah menampungnya ketika beliau terusir dan mereka telah membantunya ketika beliau dalam keadaan miskin.

Setelah mereka ditegur di satu sisi dan dibesarkan hatinya di sisi yang lain, beliau mengakhiri ucapannya dengan pengakuan atas kedudukan mereka yang tinggi dalam islam. Oleh karena itulah, beliau menyerahkan mereka kepada ke-Islaman mereka. Lalu beliau menjelaskan kepada mereka tentang pemberian besar yang mereka dapatkan. Orang lain pulang membawa unta dan kambing, sedangkan kaum Anshar pulang membawa Nabi penutup para nabi dan manusia yang paling utama. Beliau lalu berdo’a, “Semoga Rahmat Allah menyertai kaum Anshar dan anak cucu kaum Anshar.”

Karena itu, tidaklah mengherankan jika kaum Anshar menangis sembari berkata dengan penuh kerelaan dan kebahagiaan, “Kami rela Rasulullah SAW sebagai jatah pembagian kami.”

Sungguh ucapan Rasulullah SAW mampu menghilangkan sekat-sekat diri dan melampaui jiwa, menembus ke dalam relung-relung hati. Lisannya sangat tajam, bagaikan ujung pedang yang memotong apa yang disentuhnya. Tutur katanya ibarat fajar atau hujan deras. Lafaznya terukir indah di lembar ingatan, mengubah hati yang marah menjadi penuh kerelaan.

Demikianlah sikap hikmah Rasulullah dan tutur kata beliau yang sangat menyentuh hati dan berbekas pada jiwa orang yang mendengarnya hakikat cintanya yang jujur kepada kaum Anshar,sekaligus alasan kenapa Rasulullah tidak memberikan kepada mereka sedikitpun dari harta ghanimah. (Yanuar : Majalah Indonesia Islami: edisi II-Rabi’ul awal 1427 H/April 2006 Masehi)

Rasulullah...kami merinduimu...


Diriwayatkan bahawa surah Al-Maaidah ayat 3 diturunkan pada sesudah waktu asar yaitu pada hari Jumaat di padang Arafah pada musim haji penghabisan [Wada']. Pada masa itu Rasulullah SAW berada di atas unta. Ketika ayat ini turun Rasulullah SAW tidak begitu jelas penerimaannya untuk mengingati isi dan makna yang terkandung dalam ayat tersebut. Kemudian Rasulullah SAW bersandar pada unta beliau, dan unta beliau pun duduk perlahan-lahan. Setelah itu turun malaikat Jibrail dan berkata: "Wahai Muhammad, sesungguhnya pada hari ini telah disempurnakan urusan agamamu, maka terputuslah apa yang diperintahkan oleh Allah SWT dan demikian juga apa yang terlarang olehNya. Oleh itu kamu kumpulkan para sahabatmu dan beritahu kepada mereka bahawa hari ini adalah hari terakhir aku bertemu dengan kamu."

Setelah malaikat Jibrail pergi maka Rasulullah SAW pun berangkat ke Mekah dan terus pergi ke Madinah. Rasulullah SAW lalu mengumpulkan para sahabat baginda, dan menceritakan apa yang telah diberitahu oleh malaikat Jibrail. Apabila para sahabat RA mendengar hal yang demikian maka mereka pun gembira sambil berkata: "Agama kita telah sempurna. Agama kila telah sempurna."

Apabila Abu Bakar RA mendengar keterangan Rasulullah SAW itu, maka ia tidak dapat menahan kesedihannya. Abu BAkar RA pulang ke rumah lalu mengunci pintu dan menangis sekuat-kuatnya. Abu Bakar RA menangis dari pagi hingga ke malam. Kisah tentang Abu Bakar RA menangis telah sampai kepada para sahabat yang lain. Maka berkumpullah para sahabat RA di depan rumah Abu Bakar RA dan bertanya: "Wahai Abu Bakar, apakah yang telah membuat kamu menangis sehingga begini sekali keadaanmu? Seharusnya kamu merasa gembira sebab agama kita telah sempurna."

Mendengarkan pertanyaan dari para sahabat RA maka Abu Bakar RA pun berkata,
"Wahai para sahabatku, kamu semua tidak tahu tentang musibah yang menimpa kamu, tidakkah kamu tahu bahawa apabila sesuatu perkara itu telah sempurna maka akan kelihatanlah akan kekurangannya. Dengan turunnya ayat tersebut bahawa ia menunjukkan perpisahan kita dengan Rasulullah SAW. Hasan dan Husin menjadi yatim dan para isteri Rasulullah menjadi janda." Setelah mereka mendengar penjelasan dari Abu Bakar RA maka sedarlah mereka akan kebenaran kata-kata Abu Bakar RA, lalu mereka menangis dengan sekuat-kuatnya. Tangisan mereka telah didengar oleh para sahabat yang lain, maka mereka pun terus memberitahu Rasulullah SAW tentang kejadian yang mereka saksikan itu.

Berkata salah seorang dari para sahabat RA, "Ya Rasulullah, kami baru kembali dari rumah Abu Bakar dan kami dapati ramai orang menangis dengan suara yang kuat di depan rumah beliau." Apabila Rasulullah SAW mendengar keterangan dari para sahabat, maka berubahlah muka Rasulullah SAW dan dengan bergegas beliau menuju ke rumah Abu Bakar RA.

Sebaik Rasulullah SAW sampai di rumah Abu Bakar RA, Rasulullah SAW melihat kesemua mereka menangis dan bertanya, "Wahai para sahabatku, kenapakah kamu semua menangis?." Kemudian Ali RA berkata, "Ya Rasulullah, Abu Bakar mengatakan dengan turunnya ayat ini membawa tanda bahwa waktu wafatmu telah dekat. Adakah ini benar ya Rasulullah?."

Lalu Rasulullah SAW berkata: "Semua yang dikatakan oleh Abu Bakar adalah benar, dan sesungguhnya waktu untuk aku meninggalkan kamu semua telah dekat".

Sebaik sahaja Abu Bakar RA mendengar pengakuan Rasulullah SAW, maka ia pun menangis sekuat tenaganya sehingga ia jatuh pengsan, sementara Ali RA pula mengeletar seluruh tubuhnya, para sahabat yang lain pula menangis sekuat yang mereka mampu. Sehinggakan gunung-ganang, semua malaikat yang ada di langit, cacing-cacing, semua binatang baik yang ada di darat maupun yang ada di laut semua menangis. Kemudian Rasulullah SAW bersalam dengan para sahabat RA satu demi satu dan berwasiat pada mereka.

Pada satu hari, baginda SAW menyuruh Bilal RA azan untuk mengerjakan solat. Para Muhajirin dan Ansar pun berkumpullah di masjid Rasulullah SAW. Kemudian Rasulullah SAW menunaikan solah dua rakaat bersama semua yang hadir. Setelah selesai solat, baginda SAW bangun dan naik ke atas mimbar dan berkata: "Alhamdulillah, wahai para muslimin. Sesungguhnya aku adalah seorang nabi yang diutus dan mengajak orang ke jalan Allah dengan izinNya. Dan aku ini adalah sebagai saudara kandung kamu, yang kasih sayang pada kamu semua seperti seorang ayah. Oleh itu, kalau ada sesiapa ada hak untuk menuntut, maka hendaklah ia bangun dan membalasi aku sebelum aku dituntut di hari Qiamat."

Rasulullah SAW berkata sebanyak tiga kali, lalu bangunlah seorang lelaki bernama 'Ukasyah bin Muhshan dan berkata: "Demi ayahku dan ibuku ya Rasulullah, kalau kamu tidak mengumumkan kepada kami berkali-kali sudah tentu aku tidak mahu mengemukakan ini."

Lalu 'Ukasyah RA berkata lagi: "Sesungguhnya dalam perang Badar aku bersamamu ya Rasulullah. Pada masa itu aku mengikuti unta kamu dari belakang. Setelah dekat, akupun tuun menghampiri kamu dengan tujuan supaya aku dapat mencium paha kamu, tetapi kamu telah mengambil tongkat dan memukul unta kamu untuk berjalan cepat, yang mana pada masa itu akupun kamu pukul pada tulang rusukku. Aku hendak tanya samada kamu sengaja memukul aku atau hendak memukul unta tersebut."

Rasulullah SAW berkata: "Wahai 'Ukasyah, Rasulullah sengaja memukul kamu." Kemudian Rasulullah SAW berkata kepada Bilal RA, "Wahai Bilal, kamu pergi ke rumah Fatimah dan ambilkan tongkatku ke mari." Bilal RA keluar dari masjid menuju ke rumah Fatimah RA sambil meletakkan tangannya di atas kepala dengan berkata, "Rasulullah SAW telah menyediakan dirinya untuk dibalas [di qishash]."

Setelah Bilal RA sampai di rumah Fatimah RA maka Bilal RA pun memberi salam dan mengetuk pintu. Kemudian Fatimah RA menyahut dengan berkata: "Siapakah di pintu?." Bilal RA menjawab: "Aku Bilal, aku telah diperintahkan oleh Rasulullah untuk mengambil tongkat baginda. "Kemudian Fatimah RA berkata: "Wahai Bilal, untuk apa ayahku minta tongkatnya." Berkata Bilal RA: "Wahai Fatimah, Rasulullah telah menyediakan dirinya untuk diqishash." Bertanya Fatimah RA lagi: "Wahai Bilal, siapakah manusia yang sampai hatinya untuk menqishash Rasulullah?" Bilal RA tidak menjawab pertanyaan Fatimah RA. Setelah Fatimah RA memberikan tongkat tersebut, maka Bilal RA pun membawa tongkat itu kepada Rasulullah SAW. Setelah Rasulullah SAW menerima tongkat tersebut dari Bilal RA maka beliau pun menyerahkan kepada 'Ukasyah RA.

Melihatkan hal yang demikian maka Abu Bakar RA dan Umar RA tampil ke depan sambil berkata: "Wahai 'Ukasyah, janganlah kamu qishash Rasulullah tetapi kamu qishashlah kami berdua." Apabila Rasulullah SAW mendengar kata-kata Abu Bakar RA dan Umar RA maka dengan segera beliau berkata: "Wahai Abu Bakar, Umar duduklah kamu berdua, sesungguhnya Allah SWT telah menetapkan tempatnya untuk kamu berdua." Kemudian Ali RA bangun, lalu berkata, "Wahai 'Ukasyah! Aku adalah orang yang sentiasa berada di samping Rasulullah oleh itu kamu pukullah aku dan janganlah kamu menqishash Rasulullah". Lalu Rasulullah SAW berkata, "Wahai Ali duduklah kamu, sesungguhnya Allah SWT telah menetapkan tempatmu dan mengetahui isi hatimu." Setelah itu Hasan RA dan Husin RA bangun dengan berkata: "Wahai 'Ukasyah, bukankah kamu tidak tahu bahwa kami ini adalah cucu Rasulullah, kamu qishashlah kami sama jika kamu ingin menqishash Rasulullah" Mendengar kata-kata cucunya Rasulullah SAW pun berkata, "Wahai buah hatiku duduklah kamu berdua." Berkata Rasulullah SAW "Wahai 'Ukasyah pukullah aku kalau kamu hendak memukul."

Kemudian 'Ukasyah RA berkata: "Ya Rasulullah, anda telah memukul aku sewaktu aku tidak memakai baju." Maka Rasulullah SAW pun membuka baju. Setelah Rasulullah SAW membuka baju maka menangislah semua yang hadir. Setelah 'Ukasyah RA melihat tubuh Rasulullah SAW maka ia pun mencium beliau dan berkata, "Aku tebus kamu dengan jiwa ku ya Rasulullah, siapakah yang sanggup memukul kamu. Aku melakukan begini adalah sebab aku ingin menyentuh badan kamu yang dimuliakan oleh Allah SWT dengan badan ku. Dan Allah SWT menjaga aku dari neraka dengan kehormatanmu" Kemudian Rasulullah SAW berkata, "Dengarlah kamu sekalian, sekiranya kamu hendak melihat ahli syurga, inilah orangnya." Kemudian semua para jemaah bersalam-salaman atas kegembiraan mereka terhadap peristiwa yang sangat genting itu. Setelah itu para jemaah pun berkata, "Wahai 'Ukasyah, inilah keuntungan yang paling besar bagimu, engkau telah memperolehi darjat yang tinggi dan bertemankan Rasulullah di dalam syurga."

Ibnu Mas’ud RA berkata: Ketika ajal Rasulullah SAW sudah dekat, baginda mengumpul kami di rumah Siti Aisyah RA. Kemudian baginda SAW memandang kami sambil berlinangan air mata dan bersabda:
"Marhaban bikum, semoga Allah SWT memanjangkan umur kamu semua, semoga Allah SWT menyayangi, menolong dan memberikan petunjuk kepada kamu. Aku berwasiat kepada kamu, agar bertakwa kepada Allah SWT. Sesungguhnya aku adalah sebagai pemberi peringatan untuk kamu. Janganlah kamu berlaku sombong terhadap Allah SWT."

Allah SWT berfirman: "Kebahagiaan dan kenikmatan di akhirat. Kami jadikan untuk orang-orang yang tidak ingin menyombongkan dirinya dan membuat kerosakan di muka bumi. Dan kesudahan syurga itu bagi orang-orang yang bertakwa."
Kemudian kami bertanya: "Bilakah ajal kamu ya Rasulullah? Baginda SAW menjawab: Ajalku telah hampir, dan akan pindah ke hadhrat Allah SWT, ke Sidratul Muntaha dan ke Jannatul Makwa serta ke Arasy."

Kami bertanya lagi: "Siapakah yang akan memandikan kamu ya Rasulullah? Rasulullah SAW menjawab: "Kalau telah sampai ajalku maka hendaklah Ali yang memandikanku, Fadhl bin Abbas hendaklah menuangkan air dan Usamah bin Zaid hendaklah menolong keduanya. Setelah itu kamu kafanilah aku dengan pakaianku sendiri apabila kamu semua menghendaki, atau kafanilah aku dengan kain Yaman yang putih."

Kami bertanya: "Siapakah yang akan mensolatkan baginda di antara kami?" Kami menangis dan Rasulullah SAW pun turut menangis. Kemudian baginda SAW bersabda: "Tenanglah, semoga Allah SWT mengampuni kamu semua. Apabila kamu semua telah memandikan dan mengafaniku, maka letaklah aku di atas tempat tidurku, di dalam rumahku ini, di tepi liang kuburku. Setelah itu kamu semua keluarlah sebentar meninggalkan aku. Maka yang pertama-tama mensolatkan aku adalah sahabatku Jibrail. Kemudian Mikail, kemudian Israfil kemudian Izrail berserta bala tenteranya. Kemudian masuklah kamu dengan sebaik-baiknya. Dan hendaklah yang mula solat adalah kaum lelaki dari pihak keluargaku, kemudian yang wanita-wanitanya, dan kemudian kamu semua."

Setelah itu para sahabat RA menangis dengan nada yang keras dan berkata, "Ya Rasulullah kamu adalah seorang Rasul yang diutus kepada kami dan untuk semua, yang mana selama ini anda memberi kekuatan dalam penemuan kami dan sebagai penguasa yang menguruskan perkara kami. Apabila kamu sudah tiada nanti kepada siapakah akan kami tanya setiap persoalan yang timbul nanti?"

Kemudian Rasulullah SAW berkata,
"Dengarlah para sahabatku, aku tinggalkan kepada kamu semua jalan yang benar dan jalan yang terang, dan telah aku tinggalkan kepada kamu semua dua penasihat yang satu daripadanya pandai bicara dan yang satu lagi diam sahaja. Yang pandai bicara itu ialah Al-Quran dan yang diam itu ialah maut. Apabila ada sesuatu persoalan yang rumit di antara kamu, maka hendaklah kamu semua kembali kepada Al-Quran dan Hadis-ku dan sekiranya hati kamu itu berkeras maka lembutkan dia dengan mengambil pelajaran dari mati."

Setelah Rasulullah SAW berkata demikian, maka sakit Rasulullah SAW pun bermula. Dalam bulan Safar Rasulullah SAW sakit selama 18 hari dan sering diziarahi oleh para sahabat RA. Dalam sebuah kitab diterangkan bahawa Rasulullah SAW diutus pada hari Isnin dan wafat pada hari Isnin.

Pada hari Isnin penyakit Rasulullah SAW bertambah berat, setelah Bilal RA menyelesaikan azan subuh, maka Bilal RA pun pergi ke rumah Rasulullah SAW kemudian memberi salam: "Assalamualaikum ya Rasulullah?" Kemudian ia berkata lagi "Assolah yarhamukallah." Lalu dijawab oleh Fatimah RA, "Rasulullah masih sibuk dengan urusan beliau." Setelah Bilal RA mendengar penjelasan dari Fatimah RA maka Bilal RA pun kembali ke masjid tanpa memahami kata-kata Fatimah RA itu.

Apabila waktu subuh hampir hendak lupus, lalu Bilal RA pergi sekali lagi ke rumah Rasulullah SAW dan memberi salam seperti permulaan tadi, kali ini salam Bilal RA telah di dengar oleh Rasulullah SAW dan Rasulullah SAW berkata, "Masuklah wahai Bilal, sesungguhnya penyakitku ini semakin berat, oleh itu kamu suruhlah Abu Bakar mengimamkan solat subuh berjemaah dengan mereka yang hadir." Setelah mendengar kata-kata Rasulullah SAW maka Bilal RA pun berjalan menuju ke masjid sambil meletakkan tangan di atas kepala dengan berkata: "Aduh musibah. Aduhai, alangkah baiknya bila aku tidak dilahirkan ibuku?"

Setelah Bilal RA sampai di masjid maka Bilal RA pun memberitahu Abu Bakar RA tentang apa yang telah Rasulullah SAW pesankan kepadanya. Ketika Abu Bakar RA melihat ke tempat Rasulullah SAW yang kosong, sebagai seorang lelaki yang lemah lembut, ia tidak dapat menahan perasaannya lagi, lalu ia menjerit dan akhirnya ia pengsan.

Melihatkan peristiwa ini maka riuh rendah tangisan sahabat RA dalam masjid, sehingga Rasulullah SAW bertanya kepada Fatimah RA; "Wahai Fatimah apakah yang telah berlaku?." Siti Fatimah RA menjawab: "Orang-orang menjadi bising dan bingung kerana Rasulullah tidak ada bersama mereka." Kemudian Rasulullah SAW memanggil Ali RA dan Fadhl bin Abas RA, lalu Rasulullah SAW bersandar kepada kedua mereka dan terus pergi ke masjid. Setelah Rasulullah SAW sampai di masjid maka Rasulullah SAW pun bersolat subuh bersama dengan para jemaah.

Pagi itu, walaupun langit telah mulai menguning, burung-burung gurun enggan mengepakkan sayap. Setelah selesai solat subuh maka Rasulullah SAW melihat kepada orang ramai dan berkhutbah:
"Wahai kaum muslimin, kamu semua senantiasa dalam pertolongan dan pemeliharaan Allah SWT, oleh itu hendaklah kamu semua bertaqwa kepada Allah SWT dan mengerjakan segala perintahnya. Sesungguhnya aku akan meninggalkan dunia ini dan kamu semua, dan hari ini adalah hari pertama aku di akhirat dan hari terakhir aku di dunia."

Dengan suara terbatas Rasulullah SAW bersabda,
"Ku wariskan dua perkara pada kalian, Al Quran dan sunnahku. Barang siapa mencintai sunnahku, bererti mencintai aku dan kelak orang-orang yang mencintaiku, akan masuk syurga bersama-sama aku."

Pesanan ringkas itu diakhiri dengan pandangan mata Rasulullah SAW yang tenang dan penuh minat menatap sahabatnya satu persatu. Abu Bakar RA menatap mata itu dengan berkaca-kaca, Umar RA dadanya naik turun menahan nafas dan tangisnya. Usman RA menghela nafas panjang dan Ali RA menundukkan kepalanya dalam-dalam. Isyarat itu telah datang, saatnya sudah tiba. "Rasulullah SAW akan meninggalkan kita semua." Keluh hati semua sahabat RA kala itu. Manusia tercinta itu, hampir selesai menunaikan tugasnya di dunia. Tanda-tanda itu semakin kuat. Tatkala Ali RA dan Fadhal RA dengan cergas menangkap Rasulullah SAW yang berkeadaan lemah dan goyah ketika turun dari mimbar, kalau mampu, seluruh sahabat RA yang hadir pasti akan menahan detik-detik dari terus berlalu.

Setelah itu Rasulullah SAW pun pulang ke rumah baginda. Matahari kian tinggi, tapi pintu rumah Rasulullah SAW masih tertutup. Sedang di dalamnya, Rasulullah SAW sedang terbaring lemah dengan keningnya yang berkeringat dan membasahi pelepah kurma yang menjadi alas tidurnya.

Kemudian Allah SWT mewahyukan kepada malaikat lzrail, "Wahai lzrail, pergilah kamu kepada kekasihku dengan sebaik-baik rupa, dan apabila kamu hendak mencabut ruhnya maka hendaklah kamu melakukan dengan cara yang paling lembut sekali. Apabila kamu pergi ke rumahnya maka minta izinlah terlebih dahulu, kalau ia izinkan kamu masuk, maka masuklah kamu ke rumahnya dan kalau ia tidak mengizinkan kamu masuk maka hendaklah kamu kembali padaKu."

Setelah malaikat lzrail mendapat perintah dari Allah SWT maka malaikal lzrail pun turun dengan menyerupai seorang Arab Badwi. Setelah malaikat lzrail sampai di depan rumah Rasulullah SAW maka ia pun memberi salam, "Assalamualaikum wahai ahli rumah kenabian, sumber wahyu dan risalah!" Fatimah RA tidak mengizinkannya masuk, "Wahai Abdullah (Hamba Allah), maaflah, ayahku sedang sakit," kata Fatimah RA yang membalikkan badan dan menutup pintu. Kemudian Fatimah RA kembali menemani ayahnya yang ternyata sudah membuka mata. Kemudian malaikat lzrail berkata lagi seperti dipermulaannya, dan kali ini seruan malaikat itu telah didengari oleh Rasulullah SAW. Baginda SAW bertanya pada Fatimah RA, "Siapakah itu wahai anakku?"

Fatimah RA menjawab: "Seorang lelaki memanggil ayahanda, saya katakan kepadanya yang ayahanda dalam keadaan sakit. Ia memanggil dengan suara yang menggetarkan sukma." Rasulullah SAW lantas berkata; "Wahai Fatimah, tahukah kamu siapakah orang itu?." Jawab Fatimah RA, "Tidak ayahanda."

"Dia adalah malaikat lzrail, malaikat yang akan memutuskan segala macam nafsu syahwat, yang memisahkan perkumpulan-perkumpulan dan yang memusnahkan semua rumah serta meramaikan kubur." Fatimah RA tidak dapat menahan air matanya lagi. Setelah mengetahui bahawa saat perpisahan dengan ayahandanya akan bermula, dia menangis sepuas-puasnya. Apabila Rasulullah SAW mendengar tangisan Fatimah RA maka Baginda SAWpun berkata: "Janganlah kamu menangis wahai Fatimah, engkaulah orang yang pertama dalam keluargaku akan bertemu dengan daku."

Kemudian Rasulullah SAW pun mengizinkan malaikat lzrail masuk. Maka malaikat lzrail pun masuk dengan mengucap, "Assalamuaalaikum ya Rasulullah." Rasulullah SAW menjawab: "Wa alaikas saalamu, wahai lzrail engkau datang menziarahi aku atau untuk mencabut ruhku?" Maka berkata malaikat lzrail: "Kedatangan aku adalah untuk menziarahimu dan untuk mencabut ruhmu, itupun kalau dikau izinkan, kalau dikau tidak izinkan maka aku akan kembali." Rasulullah SAW bertanya: "Wahai Malaikulmaut, di mana engkau tinggalkan kecintaanku Jibrail? "Aku tinggalkan ia di langit dunia?" Jawab malaikat Izrail. Baru sahaja malaikat Izrail selesai bicara, tiba-tiba malaikat Jibrail datang dan duduk di samping Rasulullah SAW. Maka bersabdalah Rasulullah SAW: "Wahai Jibrail, tidakkah engkau mengetahui bahawa ajalku telah dekat?" Jibrail menjawab: "Ya, wahai kekasih Allah."

Rasulullah SAW bertanya lagi: "Wahai Jibrail, beritahu kepadaku kemuliaan yang menggembirakan aku di sisi Allah SWT" Berkata malaikat Jibrail, "Sesungguhnya semua pintu langit telah di buka, para malaikat bersusun rapi menanti ruhmu di langit. Kesemua pintu-pintu syurga telah dibuka, dan kesemua bidadari sudah berhias menanti kehadiran ruhmu." Berkata Rasulullah SAW: "Alhamdulillah, sekarang kamu katakan pula tentang umatku di hari kiamat nanti."

Berkata Jibrail: "Allah SWT telah berfirman yang bermaksud, Sesungguhnya Aku telah melarang semua para nabi masuk ke dalam syurga sebelum dikau masuk terlebih dahulu, dan Aku juga melarang semua umat memasuki syurga sebelum umatmu memasuki syurga." Berkata Rasulullah SAW: "Sekarang aku telah puas hati dan telah hilang rasa susahku."

Kemudian Rasulullah SAW berkata: "Wahai lzrail, mendekatlah kamu kepadaku." Setelah itu malaikat lzrail pun memulai tugasnya. Perlahan ruh Rasulullah SAW ditarik. Nampak seluruh tubuh Rasulullah SAW bersimbah peluh, urat-urat lehernya menegang. Apabila ruh baginda SAW sampai ke pusat, dengan perlahan Rasulullah SAW mengaduh "Jibrail, betapa sakit sakaratul maut ini."

Fatimah RA terpejam, Ali RA yang di sampingnya menunduk semakin mendalam dan Jibrail mengalihkan pandangannya dari Rasulullah SAW. Melihatkan telatah Jibrail itu maka Rasulullah SAW pun berkata: "Wahai Jibrail, apakah kamu tidak suka melihat wajahku?" Jibrail berkata: "Wahai kekasih Allah, siapakah orang yang sanggup melihat wajahmu dikala kamu dalam sakaratul maut?"

Sebentar kemudian terdengar Rasulullah SAW merintih kerana sakit yang tidak tertahankan lagi.
"Ya Allah, dahsyat sungguh maut ini, timpakan saja semua siksa maut ini kepadaku, jangan pada umatku." Badan Rasulullah SAW mulai dingin, kaki dan dadanya sudah tidak bergerak lagi.

Bibirnya bergetar seakan hendak membisikkan sesuatu, Ali RA segera mendekatkan telinganya.
"Uushiikum bis shalati, wa maa malakat aimanuku, peliharalah sholat dan peliharalah orang-orang lemah di antaramu." Di luar pintu tangis mulai terdengar bersahutan, sahabat RA saling berpelukan. Fatimah RA menutupkan tangan di wajahnya, dan Ali RA kembali mendekatkan telinganya ke bibir Rasulullah SAW yang mulai kebiruan.

Ali RA berkata:
"Sesungguhnya Rasulullah ketika menjelang saat-saat terakhir, telah mengerakkan kedua bibir beliau sebanyak dua kali, dan aku meletakkan telinga, aku dengan Rasulullah berkata: "Umatku, umatku." Akhirnya roh yang mulia itupun meninggalkan jasad Rasulullah SAW Rasulullah SAW wafat pada hari Isnin 13 Rabiul Awal.



Berkata Anas RA: "Ketika aku lalu di depan pintu Aishah, ku dengar dia sedang menangis sambil mengatakan: "Wahai orang yang tidak pernah memakai sutera. Wahai orang yang keluar dari dunia dari perut yang tidak pernah kenyang dari gandum. Wahai orang yang telah memilih tikar daripada singgahsana. Wahai orang yang jarang tidur di waktu malam kerana takut Neraka Sa'iir"

Telah bersabda Rasulullah SAW bahawa: "Malaikat Jibrail telah berkata kepadaku; "Wahai Muhammad, sesungguhnya Allah SWT telah menciptakan sebuah laut di belakang gunung Qaf, dan di laut itu terdapat ikan yang selalu membaca selawat untukmu, kalau sesiapa yang mengambil seekor ikan dari laut tersebut maka akan lumpuhlah kedua belah tangannya dan ikan tersebut akan menjadi batu."

Allahuma sholi’ala Muhammad
Ya Robbi sholi’alaihi Wassalim..


sesungguhnya kami sangat merinduimu Ya Rasulullah..Ya Habiballah..

“Maka mereka yang beriman dengannya (Muhammad), membesarkannya dan membantunya dan mengikuti cahaya (Al-Qur’an) yang diturunkan bersamanya. Mereka itulah yang mendapat kejayaan.”

(Surah Al-A’araf, ayat 157).


“ Tidak sempurna iman seseorang daripada kalangan kamu sehingga adalah aku terlebih dikasihinya daripada dirinya, hartanya, anaknya dan sekelian manusia.” ( al-Hadis ). Firman Allah ta’ala, “ Katakanlah kepada kaummu, jika sekiranya kamu mencintai Allah, ikutilah aku, nescaya Allah mencintai kamu.” (Ali-Imran:31)

Tuesday, July 28, 2009


Monday, July 27, 2009

Keputraan Nabi dan Penyusuannya


6:29 PM/ Author : gee-March

Adapun nasabnya Nabi Shallallahu ‘alaihi Wasallam, ialah; Muhammad bin ‘Abdullah bin ‘Abdul Mutalib, ‘Abdul Mutalib dipanggil dengan nama Syaibah Al-Hamd bin Hashim bin ‘Abdul Manaf, nama ‘Abdul Manaf ialah Al Mughirah bin Khusai, dinamakan Zaidan bin Khilab bin Mur rah bin Ka’ab bin Luai bin Ghalif bin Fihri bin Malik bin Nadri bin Kinanah bin Khuzaimah bin Mudrikah bin Ilyas bin Mudhar bin Nizar bin Mu’ad bin Adnan.


Setakat itulah sahaja apa yang telah disepakati mengenai Nabi Shallallahu ‘alaihi Wasallam. Adapun yang ke atas dan itu ada bersalahan pendapat, yang payah hendak dipegang. Tetapi tiada sebarang khilaf atau bersalahan pendapat mengenai Adnan itu adalah di antara anak cucu Nabi Ismail ‘alaihissalam anak kepada Ibrahim ‘alaihissalam, dan Allah telah memilihnya dan sebaik-baik kabilah dan suku, tidak pernah diresapkan sesuatu daripada kecemaran jahiliyyah kepada sesuatu dari nasabnya.

Diriwayatkan oleh Muslim dengan sanadnya, sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam:

“Sesungguhnya Allah telah memilih Kinanah di antara anak-anak Ismail, dan dipilihnya Quraisy dan Kinanah, dan dipilihnya Hashim dan Quraisy dan dipilihnya saya dari Bani Hashim”.

Baginda dilahirkan pada Tahun Gajah, iaitu tahun di mana Abrahah Al Asyram telah melanggar masuk ke kota Makkah dalam rangka percubaannya hendak menawan dan memusnahkan Al-Ka’bah. Namun demikian percubaannya tadi telah menemui kegagalan yang amat pahit di mana Allah Subhanahu Wata’ala telah mengutuskan sekumpulan Burung-burung Ababil mencedera dan memusnahkan angkatannya itu. Kejadian ini telah diterangkan di dalam Al-Qur’an dengan jelas sekali. Mengikut pendapat yang paling hampir dengan kenyataan, Baginda telah dilahirkan pada hari Isnin tanggal 12 haribulan Rabi’ul Awal.

Baginda adalah yatim ketika dilahirkan. Ayahandanya wafat ketika Baginda baru dua bulan dalam kandungan ibunya. Setelah lahir Baginda dipelihara oleh datuknya ‘Abdul Muttalib yang kemudian disusukan kepada seorang perempuan dari puak Sa’d Bakr yang bernama Halimah binti Abi Zuwaib. Ini adalah mengikut adat resam orang-orang ‘Arab di kala itu.

Ahli sirah telah sebulat suara mengatakan bahawa kampung Bani Sa’d ketika itu mengalami kemarau yang teruk. Sesampai sahaja Muhammad Shallallahu ‘alaihi Wasallam ke rumah Halimah dan menyusu darinya ketika itu juga keadaan pun berubah. Kampung yang dulunya kering tandus mulai menghijau, kambing ternakan yang dahulu kelaparan kini bila kembali dan ladang ternakan kelihatan riang dan uncang-uncang susunya penuh dengan susu.

Mengikut apa yang diriwayatkan oleh Muslim (salah Seorang Imam Hadith Nabi) bahawa Rasulullah telah dibedah perutnya semasa bersama Bani Sa’d. Ketika itu Baginda baru berusia lima tahun. Selepas itu dihantar kembali ke pangkuan ibunya. Bondanya telah wafat ketika Baginda berusia enam tahun. Ini membawa Baginda menjadi seorang yatim piatu. Dengan itu maka datuknya pula yang mengambil peranan mendidik Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam tetapi tidak berapa lama datuknya pula berpindah ke alam baqa’. Masa itu Baginda berusia lapan tahun dan dipelihara oleh bapa saudaranya pula Abu Talib.

Pengajaran Dan Renungan

Dengan segala apa yang berlaku di peringkat ini bolehlah kita mengambil beberapa kesimpulan pengajaran dan pengiktibaran:

1. Mengenai nasab keturunan Baginda Shallallahu ‘alaihi Wasallam seperti yang telah kami jelaskan, kedapatan beberapa dalil yang jelas yang menunjukkan bahawa dalam semua bangsa manusia, bangsa ‘Arab yang telah dipilih oleh Allah, dalam semua bangsa ‘Arab, kabilah atau suku Quraisy pula dipilihnya, dalilnya itu jelas kedapatan dalam hadith riwayat Muslim seperti yang telah kami sebutkan, malah banyak lagi hadith yang sama maksudnya, antaranya ialah hadith riwayat Tirmizi:

“Bahawa Baginda Shallallahu ‘alaihi Wasallam berdiri di atas minbar lantas berkata: “Siapakah saya ini?” Para sahabat menjawab: “Engkau utusan Allah, selamat atas engkau”. Ujar Baginda lagi: “Saya Muhammad anak Abdullah anak Abdul Muttalib, sesungguhnya Allah telah jadikan makhluq (manusia), kemudian Ia jadikan mereka dua golongan, maka Ia jadikan saya dalam golongan mereka yang paling baik, kemudian Ia jadikan mereka beberapa kabilah, maka Ia jadikan dalam kabilah mereka yang paling baik, kemudian Ia jadikan beberapa rumah (rumahtangga) maka Ia jadikan saya dalam rumah yang paling baik, dan saya adalah orang yang paling baik di antara mereka.” (Tirmizi: J. 9. H. 236. Kitabul Muflaqib)

Dan ketahuilah bahawa konsep kasih kepada Rasul Shallallahu ‘alaihi Wasallam, ialah kasih kepada kaum yang dalam kalangan mereka lahirnya Rasul Shallallahu ‘alaihi Wasallam, juga kasih kepada kabilah yang dalam kalangan mereka diputerakan Baginda. Ini bukan kerana fanatik kepada orang-orang bangsa itu, tetapi adalah kerana semata-mata hakikat, kerana pada hakikatnya bangsa ‘Arab Quraisy itu telah mendapat kemuliaan dan penghormatan disebabkan hubungan mereka dengan Rasul Shallallahu ‘alaihi Wasallam, dan ini tidak boleh disangkal sama sekali.

Namun demikian, tidak juga boleh dinafikan bahawa adanya keburukan pada orang-orang ‘Arab atau orang Quraisy itu kerana penyimpangan mereka dan jalan Allah Subhanahu Wata’ala atau menyeleweng dan garis-garis panduan yang telah dipilih oleh Allah untuk hamba-hambanya, kerana penyimpangan dan pemesongan dan garis panduan tersebut bererti tersingkir terputus dan hubungan dengan Rasul Shallallahu ‘alaihi Wasallam.

2. Muhammad Shallallahu ‘alaihi Wasallam dilahirkan dengan keadaan yatim piatu. Sesudah itu datuknya pula meninggal. Peristiwa ini menyebabkan Rasulullah hidup di peringkat kecilnya tanpa mendapat kasih sayang dari ibu, dan jagaan serta perhatian yang sewajar dari bapa. Kesemuanya ini bukan berlaku secara kebetulan sahaja tetapi segala-galanya ini adalah mengikut apa yang telah digariskan oleh Allah Subhanahu Wata’ala untuk masa depan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam dan ini adalah sebahagian dan hikmat Ilahi, agar tidak sesiapa pun menaruh sangkaan buruk bahawa seruan Nabi Muhammad ini adalah dan ilham dan latihan ibunya semasa menyusu ataupun hasil dan tunjuk ajar dan bapa dan datuknya, kerana datuknya ‘Abdul Muttalib adalah manusia yang terkemuka di kalangan kaumnya, lebih-lebih lagi soal pembekalan makanan dan minuman untuk jama’ ah haji adalah di bawah kelolaan dan tanggungjawabnya.

Sudah menjadi adat dan resam alam, datuk atau bapa akan menurunkan warisan kepada cucu atau anak di bawah jagaan mereka. Tetapi suratan Ilahi tidak membiarkan kesempatan kepada mereka yang engkar dan bertujuan jahat, kerana Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam telah dibesarkan dan dipelihara jauh dan jagaan dan peliharaan ibu bapa. Demikian juga di masa Baginda masih bayi. Sebagai satu lagi hikmat Ilahi ialah Baginda telah dikirimkan ke kampung di bawah peliharaan Bani Sa’diah. Selepas datuknya meninggal dunia maka tanggungjawab memelihara terserah kepada bapa saudaranya pula, Abu Talib. (Umur ‘Abdul Mutalib pun tidak panjang buat memelihara Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam). Datuknya sempat memikul tanggungjawab itu hanya buat masa tiga tahun sahaja.

Sebagai kesimpulan kepada hikmat Ilahi tadi, disudahi dengan penolakan dan keengganan Abu Talib menerima dan memeluk agama Islam, agar tidak disyaki orang lagi bahawa Abu Talib sedikit sebanyak memain peranan penting dalam usaha mengasuh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam ke arah da’wahnya itu kerana semuanya ini merupakan plot perkembangan yang berjangkit antara satu sama lain, yang membawa kedudukan dalam puak kepada kedudukan di dalam kaum dan seterusnya kepada penganjuran yang lebih luas dan pangkat kedudukan yang lebih tinggi.

Beginilah arus hikmat Ilahi yang mahukan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam hidup dengan keadaan yatim piatu. Hanya arahan dan jagaan Ilahi sahaja dapat men jauhkan tangan-tangan yang cuba memanjanya, menjauhi wang, harta kekayaan dan yang cuba memewahkan kehidupannya. Ini berlaku supaya jangan timbul di jiwanya semangat kebendaan atau gilakan pangkat. Oleh itu segala-galanya tidak mendorongkan Baginda ke arah kepenganjuran, yang mana mungkin mengelirukan di antara kenabian dengan pengaruh dunia, yang akan disangka orang kelak sengaja dibuat-buat yang pertama (kenabian) demi untuk mencapai yang kedua (pengaruh).

3. Mengikut apa yang diceritakan oleh ahli sirah, bahawa rumah dan perkampungan Halimah As Sa’diyyah telah dilanda kemarau yang dahsyat. Namun kedatangan Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi Wasallam telah merombak segala-galanya. Tanaman kembali subur menghijau, biri-biri dan unta yang kurus kering dengan hanya kulit yang melekat di tulang-tulang berubah menjadi binatang yang sihat dan gemuk berlemak.

Kesemuanya ini menunjukkan kedudukan martabat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam di sisi Allah semasa Baginda masih bayi lagi. Sebagai contoh penganugerahan Ilahi yang nyata kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi Wasallam ialah pengurniaan dan limpahan rahmat kepada Halimah As Sa’diyyah yang telah memelihara Baginda. Ini tidaklah menjadi suatu perkara yang pelik dan ganjil. Tidakkah pernah kita meminta supaya Tuhan menurunkan hujan di musim kemarau dengan berkat para salihin dan berkat keluarga Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam, agar do’a dan permintaan kita itu dikabulkan Tuhan? Maka bagaimana pula kalau satu tempat itu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam sendiri berada di dalamnya, perkampungan tadi sudah sewajarnya menerima ganjaran dan rahmat Ilahi yang telah sanggup menerima, memelihara dan menyusu Rasulullah. Kehijauan rumput dan tanah menyubur adalah berkat Baginda yang lebih berkesan daripada hujan.

Kalaulah sebab-musabab itu di tangan Tuhan, maka sudah sewajarnya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam mendahului segala sebab-musabab dan limpah kumiaNya. Lebih jelas lagi Rasulullah ini adalah rahmat Allah untuk manusia sejagat. Tegasnya Allah sendiri telah menyebut di dalam Al-Qur’an yang bermaksud:

“Dan tidak Kami utuskan engkau (Muhammad) melainkan sebagai rahmat untuk ‘alam sejagat”. (Al-Anbiya’: 107)

4. Peristiwa pembedahan perut Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam semasa Baginda tinggal bersama Halimah As-Sa’diyyah merupakan salah satu tanda kenabian dan tanda pemiihan Tuhan terhadapnya untuk sesuatu yang mulia. Peristiwa ini telah diperihalkan dengan betul dan benar melalui beberapa orang sahabat. Antaranya Anas bin Malik radhiallahu ‘anh. Perihalnya terdapat dalam kitab Hadith Muslim yang bermaksud:

“Sesungguhnya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam telah didatangi Jibril ketika Baginda sedang bermain-main dengan sekumpulan kanak-kanak. Jibril ‘alaihi salam telah merebahkan dan membelah betul-betul dengan hati dan mengeluarkannya. Kemudian dikeluarkan seketul darah sambil berkata, inilah sasaran syaitan ke hati engkau. Lepas itu dibasuhnya di dalam tas dan emas dengan air zam-zam, barulah dimasukkah semula ke tempat asalnya dan kanak-kanak yang lain berkejaran la menemul ibu penyusunya Halimah melaung laung; Muhammad telah dibunuh dan mereka semua meluru ke arab Nabi Muhammad dan didapati pucat lesu.”

Hikmat llahi di sini bukanlah membuang buli-buli kejahatan. Allah sahaja yang lebih mengetahui dan tubuh badan Rasulullah kerana kalaulah di sana terdapat buli-buli kejahatan yang merupakan sumber kejahatan maka sudah tentu boleh dirubah manusia jahat menjadi baik dengan cara pembedahan. Tetapi hikmat Ilahi yang jelas di sini ialah mengiklan dan mengisytiharkan kerasulan Baginda dan menjadikannya ma’sum dan mempersiapkan Baginda untuk menerima wahyu dan kecil lagi dengan cara yang boleh dilihat dengan mata kasar kerana dengai jalan ini membawa orang percaya dan beriman dengan risalah pengutusannya dengan mudah. Pembedahan tadi adalah pembersihan rohani dengan suatu cara yang boleh dinampakkan oleh pancaindera supaya ini menjadi canang Ilahi kepada manusia seluruhnya dengan boleh dilihat dan didengar.

Sebab yang membawa kita percayakan peristiwa pembedahan ialah kerana kebenaran dan sahnya cerita ini. Kalaulah perkara ini sudah jelas bak di tengahari maka tidak ada sebab-sebab yang boleh kita larikan dan kebenarannya. Tetapi bagi mereka yang lemah iman kepada Tuhan, perkara ini membawa kepada kelemahan iman mereka terhadap kenabian dan kerasulan Muhammad Shallallahu ‘alaihi Wasallam. Orang yang seperti ini tidak ada bezanya sama ada mereka mengetahui atau tidak akan hikmat-hikmat Ilahi dan sebab-sebabnya.

- Fiqh as-Sirah, Dr. Muhammad Said Ramadhan al-Buthi

--> keputeraan Nabi SAW memberi erti yang sangat besar kepada kita umat yang dicintainya. sehubungan itu, marilah sama2 kita menggandakan selawat ke atas baginda sempena kelahiran i baginda ini...isi lah waktu ntum dengan perkara yang bermanfaat dalam mencari Redha Allah..insyALLAH...Amiin..

wALLAHu Taala a'lam


Sunday, July 26, 2009

Akhlak Rasulullah S.A.W

Mari kita sama-sama membaca sedikit kisah mengenai ahklak Rasulullah.

"Kalau ada pakaian yang koyak, Rasulullah menampalnya sendiri tanpa perlu menyuruh isterinya. Baginda juga memerah susu kambing untuk keperluan keluarga mahupun untuk dijual.

Setiap kali pulang ke rumah, bila melihat tiada makanan yang sudah dimasak untuk dimakan, sambil tersenyum baginda menyingsing lengan bajunya untuk membantu isterinya didapur.
Sayidatina 'Aisyah menceritakan "Kalau Nabi berada dirumah, Baginda selalu membantu urusan rumahtangga. Jika mendengar azan, Baginda cepat-cepat berangkat ke masjid dan cepat-cepat pula kembali sesudah selesai sembahyang." Sambung......